Selasa, 29 Mei 2012

KLASIFIKASI JALAN DALAM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

KLASIFIKASI JALAN

A. Klasifikasi menurut fungsi jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
3) Jalan Lokal
Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

B. Klasifikasi menurut kelas jalan
1) Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel dibawah (Pasal 11, PP. No.43/1993).

C. Klasifikasi menurut medan jalan
1) Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
2) Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalamTabel dibawah
3) Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

D. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985 adalah jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan Khusus.


DAFTAR PENGERTIAN DALAM TATA CARA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA


Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis permukaan.
Batas Median Jalan adalah bagian median selain jalur tepian, yang biasanya ditinggikan dengan batu tepi jalan.
Daerah di Luar Kota adalah, daerah lain selain daerah perkotaan.
Daerah Manfaat Jalan (Damaja) adalah daerah yang meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
Daerah Milik Jalan (Damija) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengaman jalan.

Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah lajur lahan yang berada di bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak mencukupi.
Daerah Perkotaan adalah daerah kota yang sudah terbangun penuh atau areal pinggiran kota yang masih jarang pembangunannya yang diperkirakan akan menjadi daerah yang terbangun penuh dalam jangka waktu kira-kira 10 tahun mendatang dengan proyek perumahan, industri, komersil, dan berupa pemanfaatan lahan lainnya yang
bukan untuk pertanian.
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu lintas harian ratarata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam, ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menit tertinggi.
Jalan Antar Kota adalah jalan jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dengan ciri-ciri tanpa perkembangan yang menerus pada sisi mana pun termasuk desa, rawa, hutan, meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen, misalnya rumah makan, pabrik, atau perkampungan.
Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat dilihat oleh pengemudi.
Jarak Pandang Mendahului (Jd), adalah jarak pandang yang dibutuhkan untuk dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam keadaan biasa.
Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan kemiringan penuh.

Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih).
KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam.

Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan perencanaan jalan.
Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan.
Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4 sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku.
Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang dengan cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk menjamin ruang bebas samping pada jalur.
Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu yang ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan, dan lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam.

Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari perkalian VLHR dengan faktor K.
Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan tertentu.




Senin, 21 Mei 2012

Intensitas,Magnitude, Percepatan Gempa dan Efek yang ditimbulkan



LIQUEFACTION

Likufaksi adalah hilangnya kekuatan tanah akibat kenaikan  tegangan air pori yang timbul akibat beban siklis.

Secara mikro strength soil terbentuk dari bidang kontak antar butiran tanah. Peningkatan tekanan air pori akan melepaskan bidang kontak butiran tanah satu dengan lainnya.


Minggu, 20 Mei 2012

Respon Spectra

Kombinasi pengaruh dari amplitudo percepatan bumi, komponen frekuensi dan durasi dan kondisi tanah terhadap suatu struktur disebut respon spektra, yaitu suatu plot yang menunjukkan respon maksimum  yang ditimbulkan oleh getaran bumi pada sistem getaran berderajat tunggal pada berbagai periode dasar (fundamental period) sistem tersebut.

Istilah dan Definisi Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa


Istilah dan Definisi Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa :

Rumah sederhana adalah bangunan rumah layak huni yang bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret. Harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling 54 m2 sampai dengan 200 m2.  

Rumah bertingkat adalah rumah tinggal berlantai dua (2) atau lebih,  rumah susun (rusun) baik untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana sewa), golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) maupun golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah ˜ apartemen)

Bangunan gedung sederhana adalah bangunan gedung dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana, klasifikasi:

  • Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, ataubangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. lantai 2 dengan luas sampai dengan 500m2.
  • Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
  • Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.
Bangunan gedung bertingkat adalah bangunan gedung berlantai lebih dari 2 (dua).

Dinding pemikul beban adalah dinding yang diperkuat dengan kerangka (frame ) dari kayu atau beton bertulang yang berfungsisebagai pemikul beban-beban yang diakibatkan oleh beban sendiri, beban gempa  atau beban angin.

Kerangka pemikul beban adalah kerangka baik yang dibuat dari kayu, beton bertulang dan baja yang difungsikan untuk memikul beban-beban yang diakibatkan oleh angin atau gempa.

Dinding partisi adalah dinding dari bahan pasangan maupun panel kayu atau panel bahan lainnya yang tidak digunakan sebagai pemikul beban.

Beban gempa adalah beban gempa statik ekuivalen, yaitu yang menirukan beban gempa sesungguhnya akibat gerakan tanah.

Daktilitas adalah kemampuan struktur bangunan gedung untuk mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Perencanaan adalah penerapan cara perhitungan atau percobaan yang rasional sesuai dengan prinsip-prinsip mekanika struktur yang lazim. 

Kelenturan adalah kemampuan untuk mengalami lentur yang cukup besar tanpa runtuh.

Ketahanan adalah kemampuan struktur untuk mengalami kerusakan berat tanpa runtuh sama sekali.

Perbaikan arsitektur adalah perbaikan elemen arsitektur bangunan gedung sehingga ruang dan perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali.

Restorasi adalah perbaikan pada elemen-elemen struktur penahan beban.

Perkuatan (strenghtening) adalah perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan struktur bangunan gedung.  



KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA BERDASARKAN TINGKAT KOMPLEKSITAS



KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA BERDASARKAN TINGKAT KOMPLEKSITAS MELIPUTI:

1. BANGUNAN SEDERHANA
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

  • gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
  •  bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
  •  gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
  •  gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.
2. BANGUNAN TIDAK SEDERHANA
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta
memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana.
Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:
  • gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai;
  • bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
  • gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
  • gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.

3. BANGUNAN KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
  • Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;
  • wisma negara;
  • gedung instalasi nuklir;
  • gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan persyaratan khusus;
  • gedung laboratorium;
  • gedung terminal udara/laut/darat;
  • stasiun kereta api;
  •  stadion olah raga;
  • rumah tahanan;
  • gudang benda berbahaya;
  • gedung bersifat monumental; dan
  • gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.


Jumat, 18 Mei 2012

Daktilitas Struktur


Dalam SNI 1726 sekarang memakai 2 parameter daktilitas struktur gedung yaitu factor daktilitas simpangan µ dan factor reduksi gempa R. Kalau µ menyatakan rasio simpangan diambang keruntuhan δm dan simpangan pada terjadinya pelelehan pertama, maka R adalah rasio beban gempa rencana dan beban gempa nominal. R ini merupakan indikator kemampuan daktilitas struktur gedung. Nilai µ dan R tercantum disamping berbagai jenis struktur pada SNI 1726.

Parameter Daktilitas Struktur

Faktor Keutamaan Gedung


Pengaruh Gempa Rencana harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :
I = I1.I2
Dimana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung. Sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari gedung tersebut (SNI 03-1726, 2003). 
Besarnya beban Gempa Rencana yang direncanakan untuk berbagai kategori bangunan gedung, tergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur bangunan selama umur rencana yang diharapkan. Karena gedung perkantoran merupakan bangunan yang memiliki fungsi biasa, serta dengan asumsi probabilitas terjadinya gempa tersebut selama kurun waktu umur gedung adalah 10 %, maka berlaku I1 = 1,0.
Gedung-gedung dengan jumlah tingkat sampai 10 lantai, pada umumnya mempunyai umur kurang dari 50 tahun, sehingga I2 < 1 hal ini disebabkan karena periode ulang gempa kurang dari 500 tahun. Gedung-gedung dengan jumlah tingkat lebih dari 30 lantai, monumen dan bangunan monumental, mempunyai masa layan yang panjang, sehingga I2 > 1 karena periode ulang gempa tersebut adalah lebih dari 500 tahun. Pada contoh ini, bangunan perkantoran direncanakan mempunyai umur rencana 50 tahun, dengan demikian I2 = 1. Untuk bangunan gedung perkantoran dari Tabel dibawah didapatkan harga Faktor Keutamaan I = 1.

Faktor Keutamaan Gedung

Konfigurasi Struktur Bangunan


Konfigurasi struktur sangat berpengaruh untuk menentukan suatu perencanaan, apakah struktur tersebut adalah struktur bangunan beraturan atau tidak beraturan. Untuk gedung dengan struktur beraturan maka perencana dapat menganalisa struktur tersebut dengan cara statik ekuivalen sedangkan untuk gedung yang tidak beraturan perencana harus mengalisa dengan metode analisa dinamis. 

Adapun ketentuan-ketentuan untuk menetapkan struktur tersebut merupakan  struktur beraturan atau tidak beraturan seperti yang tercantum dalam SNI 03-1726-2003.
Untuk struktur bangunan gedung beraturan harus memenuhi beberapa persyaratan sbb:
-          Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat /40 m.
-         Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25 % dari ukuran terbesar denah struktur gedung pada arah tonjolan tersebut.
-       Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tidak lebih dari 15 % dari ukuran terbesar denah struktur gedung pada arah sisi coakan tersebut.
-     Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang menjulang pada masing-masing arah, tidak kurang dari 75 % dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka.
-      Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak suatu tingkat, dimana kekuatan lateralnya adalah kurang dari 70 % kekuatan lateral tingkat diatasnya atau kurang dari 80 % kekuatan lateral rata-rata 3 tingkat diatasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar tingkat.
-         Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150 % dari berat lantai tingkat diatasnya atau dibawahnya.
-      Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertical dari sistem penahan beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
-          Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat atas yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50 % luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah lantai tingkat seluruhnya (SNI 03-1726 Pasal 4.2.1, 2003).

Selebihnya yang tidak termasuk dalam kategori-kategori diatas dapat disimpulkan sebagai struktur gedung tidak beraturan.

Filosofi Bangunan Tahan Gempa





Filosofi Bangunan Tahan Gempa

  1. Mampu menahan gempa bumi yang kecil tanpa mengurangi kerusakan pada bangunan.
  2. Mampu menahan gempa bumi sedang tanpa mengakibatkan kerusakan struktur yang berarti,walaupun terjadi kerusakan berarti pada non struktur.
  3. Mampu menahan gempa bumi besar tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada strukturnya , walaupun terjadi kerusakan pada struktur akan tetapi dapat melindungi para penghuninya

Selasa, 15 Mei 2012

Tingkat kerusakan dan metode perbaikan bangunan gedung


Pembahasan kali ini mencakup dasar-dasar perencanaan dan pelaksanaan serta metode perbaikan kerusakan bangunan untuk gedung dan rumah tinggal di wilayah gempa.

Pedoman ini meliputi denah bangunan, tanah dasar, pondasi bangunan, badan bangunan dan kuda-kuda rangka atap.

Kategori Kerusakan
Kerusakan Ringan Non-Struktur
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan nonstruktur apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
  1. retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran
  2. serpihan plesteran berjatuhan
  3. mencakup luas yang terbatas
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur tanpa mengosongkan bangunan.

Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : :
  1. retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
  2. plester berjatuhan.
  3. mencakup luas yang besar.
  4. kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb.
  5. kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.
  6. Layak huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada struktur dapat dilakukan tanpa mengosongkan bangunan.

Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
  1. retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding;
  2. retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul beban, kolom; cerobong miring; dan runtuh;
  3. kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian;
  4. Layak huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah :
  1. restorasi bagian struktur dan perkuatan (strenghtening) untuk menahan beban gempa;
  2. perbaikan (repair) secara arsitektur;
  3. bangunan dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses restorasi selesai.

Kerusakan Struktur Tingkat Berat
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
  1. dinding pemikul beban terbelah dan runtuh;
  2. bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat;
  3. kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan;
  4. tidak Layak huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan. Atau dilakukan restorasi dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi kerusakan seperti ini, bangunan menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan
Kerusakan Total
Suatu bangunan dikatakan sebagai rusak total / roboh apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
  1. Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%)
  2. Sebagian besar komponen utama struktur rusak
  3. Tidak Layak huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan baru.

Jenis Perbaikan
Perbaikan bangunan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga jenis :
  1. Perbaikan Arsitektur (Repair)
  2. Restorasi (Restoration)
  3. Perkuatan (Strengthening)
Perbaikan Arsitektur
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan agar semua perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
  • Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dll.
  • Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca, dll.
  • Memperbaiki kabel-kabel listrik.
  • Memperbaiki pipa-pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
  • Membangun kembali dinding-dinding pemisah, cerobong, pagar, dll.
  • Memplester kembali dinding-dinding
  • Mengatur kembali genteng-genteng.
  • Mengecat ulang, dll.
Restorasi (Restoration)
Tujuannya melakukan perbaikan pada elemen-elemen struktur penahan beban.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
  • Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke dalam retak-retak kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban, balok, maupun kolom. Retak kecil adalah retak yang mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.
  • Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok, maupun kolom yang mengalami retak besar kemudian diplester kembali. Retak besar adalah retak yang mempunyai lebar celah lebih besar dari 0,6 cm.
  • Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan menggantikannya dengan dinding baru dengan spesi yang lebih kuat dan dijangkar pada portal.
Perkuatan (Strengthening)
Tujuannya meningkatkan kekuatan struktur dibandingkan dengan kekuatan semula. Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
  1. Menambah daya tahan terhadap beban lateral dengan jalan menambah dinding, menambah kolom, dll.
  2. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat semua unsur penahan beban satu dengan lainnya.
  3. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara memasang tulangan sesuai dengan detail-detail untuk mencapai daktilitas yang cukup.
  4. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan di bagian-bagian tertentu :
  • Penyebaran letak kolom yang tidak simetris.
  • Penyebaran letak dinding yang tidak simetris.
  • Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan yang lainnya.
  • Bukaan-bukaan yang berlebihan.
sumber : Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa - Direktorat Jenderal Cipta Karya

Menentukan ukuran Tangga dan Anak Tangga untuk bangunan bertingkat

Tangga untuk rumah bertingkat saat ini mempunyai kedudukan penting karena membawa prestise bagi penghuni bangunan tersebut (dengan menggunakan berbagai variasi design sesuai kebutuhan).

Tetapi sekarang bila membuat bangunan disertai tangga sudah bukan barang kemewahan lagi. Ini tidak lain karena keterbatasan lahan maka pengembangannya harus ke atas dan pasti memerlukan tangga.

Tangga harus memenuhi syarat-syarat antara lain: 
  • Dipasang pada daerah yang mudah dijangkau 
  • Mendapat penerangan yang cukup terutama siang hari 
  • Bentuk/dimensi tangga sesuai dengan ukuran langkah normal. 
  • Berbentuk sederhana dan layak dipakai 
Sudut tangga yang mudah dijalani dan efisien sebaiknya mempunyai kemiringan maksimal ± 40º. Jika mempunyai kemiringan lebih dari 45º pada waktu dilewati akan berbahaya terutama dalam arah turun. Agar supaya tangga tersebut nyaman dilewati, ukuran optrade (tegak) dan aantrede (mendatar) harus sebanding. 

Perhitungan dimensi tangga : 
1 Aantrade + 2 Optrade = 57 sampai dengan 60 cm 

Pertimbangan 

Panjang langkah orang dewasa dengan tinggi badan normal itu rata-rata 57– 60 cm. Menurut penelitian pada saat mengangkat kaki dalam arah vertikal untuk tinggi tertentu dibutuhkan tenaga 2 kali lipat pada saat melangkah dalam arah horizontal.

Misal sebuah bangunan bertingkat dengan tinggi lantai 3,50 m
Anak tangga tegak (optrade) ditaksir 18 cm. 
Jadi jumlah optrade = 350 : 18 = 18, 4 buah dibulatkan = 19 buah sehingga 
optradenya menjadi = 350 : 19 = 18,4 cm.
Ukuran ini harus diteliti benar sampai ukuran dalam milimeter. 

Menurut rumus tangga:
1 aantrade + 2 optrade = 57 – 60 cm 

Lebar aantrade (57 s/d 60 ) – 2 x 18,4 = 20, 2 s/d 23,2 cm
( ukurannya bisa dibulatkan menjadi antara 20 dan 23 cm untuk mempermudah pekerjaan )
Ukuran lebar tangga standart :
  • Dilalui 1 orang lebar ± 80 cm 
  • Dilalui 2 orang lebar ± 120 cm 
  • Dilalui 3 orang lebar ± 160 cm

Detail Standart Penulangan Beton Untuk Gedung


Standar ini merupakan detail dan pendetilan penulangan beton untuk bangunan gedung yang meliputi Toleransi, Gambar Kombinasi, Kait dan Bengkokan, Balok dan Balok Induk, Kolom, Panjang Penyaluran dan Sambungan Tulangan, Detail Sambungan, Penumpu Tulangan, Detail Rangka Portal, Join, Dinding, Diafragma dan Plat beton, Tata Cara Pabrikasi, Penumpu Tulangan, Pemasangan Tulangan Berdasarkan Ukuran/Jarak.


Salam....!
Semoga bermanfaat...!

Test struktur beton dengan metode Hammer Test


Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah.

Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer".

Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur. 

Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan.

Secara umum alat ini bisa digunakan untuk:
  • Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.
  • Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.

Kelebihan metode hammer test :
  • Murah Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
  • Praktis (mudah digunakan).Tidak merusak
Kekurangan metode hammer test :
  • Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama.
  • Sulit mengkalibrasi hasil pengujian. Tingkat keandalannya rendah.
  • Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada permukaan 
Pelaksanaan Pengujian :
  1. Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
  2. Mencari data tentang letak detail konstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama pelaksanaan bangunan berlangsung.
  3. Menentukan titik test.
  • Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik test terdiri dari 8 (delapan) titik tembak
  • balok diambil sebanyak 3 (tiga) titik test masing-masing titik terdiri dari 5 (lima) titik tembak
  • pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing terdiri dari 5 (lima) titik tembak.
 Pelaksanaan pengujian :
  1. letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.
  2. Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.
  3. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.
  4. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut tembak hammer.
  5. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.
Semoga bermanfaat...!
terima kasih...

Metode uji beban loading test untuk test struktur beton


Uji pembebanan (load test) adalah merupakan suatu metode pengujian yang bersifat setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen komponen bangunan yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satu diantaranya adalah metode uji beban (Load Test).

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut ini:
  1. Perhitungan analistis tidak memungkinkan dilakukan karena keterbatasan informasi detail dan geometri struktur.
  2. Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kwalitas bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang dialami bagian-bagian struktur,akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.
  3. Tingkat keamanan struktur yang rendah akibat jeleknya kwalitas pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.
  4. Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non-stardard, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.
  5. Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum diperhitungkan dalam perencanaan.
  6. Perlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja di renovasi karena ada perubahan fungsi bangunan.
Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :
  1. Pengujian ditempat ( in.situ ) yang biasanya bersifat non-destructive.
  2. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.  Pengujian biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.
Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara kedua dipilih jika cara pertama tidak praktis (tidak mungkin) untuk dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis pengujian bergantung pada tujuan diadakannya load test.

Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui tingkat layanan struktur, maka pilihan pertama tentunya yang paling baik. Tetapi ingin mengetahu kekuatan batas dari suatu bagian struktur, yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedualah yang pilih.

1. Pengujian Pembebanan di tempat (In-Situ Load test)
Tujuan utama dari pembebanan adalah untuk mengetahui apakah bagian struktur pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi persyaratan banguan yang ada yang pada dasarnya dibuat agar keamanan masyarakat umum terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan pengukuran lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas-batas yang wajar

Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus dipertimbangkan/dilihat apakah kondisinya baik dan kuat Selain itu “scaffolding” juga harus dipersiapkan untuk mengantisipasi beban-beban yang timbul jika terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji.

Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian struktur yang dimaksud benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang kala sulit direncanakan, terutama untuk pengujian struktur lantai. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya. Sehingga Timbul apa yang disebut pengaruh pembagian pembebanan (“Load sharing effect”). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen nonstruktual yang menempel pada lagian struktur yang akan diuji, sebagai contoh “ceiling board”, Elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban pada komponen-komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan.

Untuk menghindari terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya

2. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.  Pengujian biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.
Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian ditempat (in-situ) tidak mungkin dilakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan bagian yang diuji. Pengujian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar, terutama untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji dilaboratorium. Namun, walaupun begitu hasil yang bisa diharapkan dari pengujian jenis ini tergolong sangat akurat dan informatif.

Alasan untuk melakukan pengujian beton struktur



Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan ada kemungkinan terjadinya kegagalan akibat kerusakan – kerusakan yang terjadi pada struktur atau sebagian struktur pada waktu tahap pelaksanaannya maupun setelah selesai dikerjakan.

Kejadian ini antara lain disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang sebelumnya tidak diperhitungkan misalnya kesalahan dalam perencanaan dan atau pelaksanaan serta adanya beban tambahan akibat perubahan fungsi dari bangunan.
Untuk itulah diperlukan adanya test uji terhadap struktur beton yang terindikasi mengalami kerusakan, macam test uji ini ada 2 macam :
  1. Metode Hammer test
  2. Metode Uji pembebanan ( loading test )
Uji kekuatan test struktur beton bisa dilakukan bila terjadi hal hal sebagai berikut :
Kesalahan Perencanaan dan atau kesalahan Pelaksanaan :
  • Hasil pengamatan lapangan dimana terlihat adanya retak-retak atau penurunan struktur yang berlebihan.
  • Jenis dan sifat material yang diuji selama pelaksanaan pembangunan, yang menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.
  • Hasil Perhitungan (dengan pembebanan yang riil) yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas kekuatan struktur atau sebagian struktur
Penurunan kinerja struktur yang diakibatkan oleh :
  • Adanya kerusakan struktur karena usianya yang sudah tua, atau karena serangan zat-zat kimiawi tertentu yang merusak (seperti sejenis senyawa asam).
  • Adanya kerusakan pada struktur atau bagian struktur karena bencana alam atau musibah
  • Pembebanan tambahan lebih dari yang direncanakan akibat adanya perubahan fungsi bangunan.
  • Adanya  pengembangan bangunan baru yang terkait langsung dengan bangunan yang lama.
semoga bermanfaat..!
Terima kasih..

Mengenal profil kusen aluminum dan rangka daun pintu jendela aluminium


Dalam bidang konstruksi bangunan dewasa ini aluminium telah banyak digunakan sebagai bahan konstruksi khususnya untuk bangunan gedung. 

Bahan konstruksi bangunan gedung dari aluminium tersebut antara lain :
  • berbentuk batangan dengan berbagai macam profil penampang. Setiap batangnya tersedia dengan panjang 6 meter, bentuk dan ukuran profil sangat bervariasi secuai dengan kegunaannya dalam konstruksi antara lain ; profil-profil batang untuk kusen, profil-profil batang untuk rangka daun pintu, untuk konstruksi kusen dan daun jendela, untuk tiang / rangka dinding partisi (penyekat ruang), untuk Rolling door, untuk Folding gate, dan sebagainya.
  • berbentuk pita / pelat tipis dengan lebar tertentu ( missal ± 30 mm ) tersedia dalam bentuk gulungan ( rol ), biasanya untuk bahan awning dan krei.
  • juga bentuk-bentuk profil khusus seperti Handle daun pintu dan profil profil khusus lainnya.
Berikut ini contoh-contoh bentuk profil penampang batang aluminium secara umum untuk berbagai jenis konstruksi ( khusus untuk kusen dan rangka daun pintu jendela )


Terima kasih…
Semoga bermanfaat…!

Sumber :
Modul keahlian teknik bangunan SMK Departemen Pendidikan Nasional th. 2002 dengan judul “Membuat Sambungan Batang Aluminium Dengan Paku Keling Rivet dan Baut Sekerup”

Konsep design bangunan tahan gempa secara struktural


Dalam merancang bangunan tahan gempa ada tiga hal penting yang harus dilakukan :
  • Tersusun dengan baik
  • Dirancang dengan baik
  • Dibangun dengan baik
Ketiga unsur diatas amatlah penting. Jika susunan gedung tidak tepat maka beban terhadap struktur akan meningkat. Hal ini akan menumbulkan kelemahan kualitas struktur bangunan.
 
Rancangan gedung dengan konsep struktur simetri
  • Elemen-elemen penahan beban seismis sebaiknya disusun secara simetris.
  • Pentingnya susunan yang simetris berbanding lurus dengan tingginya gedung. 
  • Elemen yang penting untuk menahan beban seismis ( contoh: tembok, kerangka struktur beton / baja ) sebaiknya disebar secara simetris dan teratur menghadap ke dua arah dasar gedung.
  • Tembok dan kerangka sebaiknya dipasang di batas pinggir bangunan. Jika semua elemen tersebut dipusatkan pada satu lokasi, maka elemen-elemen tersebut akan mengakibatkan puntiran pada bangunan; dan puntiran ini bisa mengakibatkan runtuhnya gedung. 
  • Konsep rancangan simetri sebaiknya diupayakan pada kedua arah orthogonal. Ketika membangun gedung berbentuk “L”, “H” atau “U”, rancangan denah gedung sebaiknya dibuat dengan rasio panjang-lebar kurang dari 1 banding 3. Jika ini tak memungkinkan karena adanya tuntutan design arsitektur, maka sebaiknya sayap gedung dijadikan bangunan terpisah secara struktural ( melakukan dilatasi = pemisahan  bangunan secara struktural )
  • Asimetri vertical juga sangat penting untuk dihindari jika membangun gedung lebih tinggi dari satu lantai. Elemen penahan beban lateral utama harus tersusun secara konsisten dari bawah sampai atas gedung. Hindarilah perubahan berat jenis diantara lantai ( perbedaannya sebaiknya dibawah 50% ), dan juga hindarilah perubahan kekakuan lateral.
 
Pemisahan bangunan ini hanya terjadi pada bagian struktur bangunan, sehingga saat terjadi gempa distribusi tekanan tidak akan mempengaruhi bagian bangunan lainnya


Contoh terjadinya kerusakan akibat gempa pada bagian pertemuan bangunan bila design dilakukan tanpa pemisahan struktur / dilatasi

Pertimbangan Lain dalam Merancang Bangunan
Daya tahan terhadap gempa bukanlah satu-satunya hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang  perancang bangunan. Hal-hal dibawah ini juga harus dipertimbangkan. 
  1. Defleksi, termasuk defleksi yang diakibatkan pergantian suhu dan gerakan gerakan lain. 
  2. Daya tahan terhadap api; perlindungan terhadap petir. 
  3. Daya Tahan terhadap cuaca; pengendalian tingakt air permukaan. 
  4. Daya tahan (termasuk terhadap serangan serangga) / stabilitas bahan bangunan 
  5. Proses pembangunan dan kecepatan pembangunan. 
  6. Daya tahan bangunan terhadap waktu. 
  7. Rancangan khusus untuk daerah tropis. 
  8. Insulasi buat mengendalikan suhu; ventilasi, dan efisiensi energi. 
  9. Cahaya alami 
  10. system saluran pipa. 
  11. Keamanan, keleluasaan pribadi penghuni, insulasi akustik seiring dengan budaya, agama, dan tradisi local. 
  12. Estetika 
  13. Adanya bahan baku yang memadai. 
  14. Adanya tenaga buruh.

Terima kasih…!
Semoga bermanfaat..!

Konstruksi kuda kuda kayu untuk rumah tinggal sederhana




Persyaratan bahan
  • Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak bengkok dan mempunyai derajad kelembaban kurang dari 15% dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PKKI 1970-NI.5.
Pekerjaan Konstruksi Atap
  • Kuda-kuda, gording, konsul, ikatan angin, klos, usuk, reng dan seluruh rangka atap dibuat dari kayu kualitas baik tua, kering atau tidak pecah-pecah.
  • Papan lisplang bisa digunakan kayu atau woodplank
  • Baut, mur, besi strip dari bahan besi / baja.
Ukuran kayu :
  • Kaki kuda-kuda – ukuran 8/12 cm
  • Pengerat – ukuran 8/12 cm
  • Ander – ukuran 8/12 cm
  • Skoor – ukuran 8/12 cm
  • Nok – ukuran 8/12 cm
  • Pengapit – ukuran 2 x 6/12 cm
  • Gording – ukuran 8/12 cm
  • Konsol – ukuran 8/12 cm
  • Usuk – ukuran 5/7   cm
  • Reng – ukuran 3/4   cm / 2/3 cm tergantung jenis genteng yang dipakai
  • listplank kayu – ukuran 3/30 cm / 2/20 cm
Pelaksanaan Pekerjaan.
  • Semua pekerjaan kayu yang harus diserut rata dan licin hingga memberikan penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.
  • Kaso-kaso dipasang setiap jarak 50 cm, harus waterpass menurut kemiringan atap, sedangkan reng dipasang setiap jarak sesuai dengan ukuran genteng.
  • Permukaan kayu yang tampak (papan lisplank, skoor) harus diserut rata dan licin, setiap sambungan konstruksi atas agar diperhatikan adanya pen/joint yang berfungsi pengunci.
  • Pekerjaan kayu harus rata, melentur, bengkok
Semoga bermanfaat ..!
Terimakasih.. !

Mengenal mutu beton dan beton bertulang serta penggunaannya



Mutu tinggi
____________________________________________
fc’35 – fc’65 MPa setara K400 – K800 kg/cm2
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.
 
Mutu sedang
____________________________________________
fc’20 – fc’35 MPa setara K250 – K400 ( kg/cm2 )
Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan.
 
Mutu rendah
____________________________________________
fc’15 – fc’20 MPa setara K175 – K250 kg/cm2

Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
 
Mutu rendah
____________________________________________
fc’10 – fc’15 MPa setara K125 – K175 kg/cm2

Di gunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton



Semoga Bermanfaat..!
Terima kasih..!